BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Pada awal abad ke-19, histamine diisolasi dari jaringan hati dan poaru-paru segar. Histamine juga ditemukan pada berbagai jaringan tubuh. Oleh karena itu, senyawa ini dinamakan histamine (dari kara hitos, yang berarti jaringan). Histamine merupakan poroduk dekarboksilasi dari asam amino histidin. Dalam tubuh manusia, histamine terdapat da;lam semua jaringan. Konsentrasi histamine tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit, dan saluran cerna.
Histamin adalah turunan β-imidazoliletilamin yang pada dasarnya terdapat di dalam seluruh jaringan mamalia. Kerja fisiologis utama histamine berpusat pada system kardiovaskular, otot polos nonvascular, kelenjar eksokrin, dan medula adrenal. Dalam pengetahuan umum , histamine berperan penting sebagai komponen “pembawa kimia” pada berbagai jalur yang terlibat dalam organism multiseluler, yang memungkinkan berkomunikasi secara efektif dan efisien.
Keterbatasan histanin dalam mediasi reaksi alergi dan hipersensitivitas serta regulasi sekresi asam lambung memicu pengembangan golongan obat penting yang berguna dalam pengobatan gejala-gejala yang disebabkan oleh gangguan alergi dan hipersektretori lambung. (Wilson & Gisvold)
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi resptor H1, H2, H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin terutama bekerja dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan resptor khas.
  1. Antagonis H1
Sering disebut juga antihistamin klasik, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alergi, antiemetic, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedative, antipsikotik, dan anastesi setempat.
  1. Antagonis H2
Adalah senyawa yang secara bersaing menghambat interaksi histamine dengan reseptor H2 sehingga dapat menhambat asam lambung. Memunyai struktur serupa dengan histamine yaitu mengandung cincin imidazol, tetapi yang membedakan adalah panjang gugus rantai sampingnya. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamine, gastrin, dan asetilkolin, antagonis H2 menghambat secara langsung kerja hstamin pada sekresi asam lambung dan menghambat kerja potensial histamine pada sekresi asam yang dirangsang oleh gastrin atau asetilkolin, sehingga histamine mempunyai efikasi intrinsic dan efikasi potensial, sedang gastrin dan aetilkolin hanya mempunyai efikasi potensial.
  1. Anti-histamin H-3 dan H-4
Reseptor histamine H-3 ditemukan dalam otak berperan sebagai autoreseptor di sel syaraf histaminergik presinaptik. Fungsi reseptor H-3 berperan dalam control sintesis dan pelepasan histamine melalui penghambatan feedback. Anti-histamin-3 sejauh belum digunakan dalam klinik, namun baru dilakukan penelitian secara luas untuk dikembangkan sebagai obat pada penyakit neurodegenerative. Contoh senyawa golongan ini adalah klobenpropit, siproksifam, tioperamid.
            Reseptor histamine H-4 berperan dalam hemotaksis sebagai sel mast, anti-histamin H-4 juga belum digunakan secara klinik. Obat ini dikembangkan sebagai imunomodulator, antiinflamasi dan analgesic. (Dr. Agung Endro nugroho,M.Si.,Apt.2012)
  1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalaih ini adalah sebagai berikut:
    1. Pengertian histamine dan antihistamin antagonis H1
    2. Turunan antagonis-H1
    3. Hubungan struktur dan aktivitas antagonis-H1

  1. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi bagi para pembaca tentang histamine dan antihistamin H1 bloker serta lebih mendalam dikalangan mahasiswa maupun dikalangan masyarakat.

BAB II
ISI
2.1. Histamin
Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh,yaitu pada jaringan sel mast dan peredaran basophil,yang berperan terhadap berbagai proses fisiologis penting. Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-protein dalam sel mast, sebagai hasil reaksi antigen-antibodi, bila ada rangsangan senyawa alergen. Senyawa alergen dapat berupa spora, debu rumah, sinar ultra violet, cuaca, racun, tripsin dan enzim proteolitik lain, detergen, zat warna, obat, makanan dan beberapa turunan amin. Histamin cepat dimetabolisis melalui reaksi oksidasi, N-metilasi dan asetilasi. Sumber histamine dalam tubuh adalah histidin yang mengalami dekarboksilasi menjadi histamine.
Perubahan struktur histidin menjadi histamin
C:\Users\ENU ASUS\Documents\gamabarrrrrr\download.png
C:\Users\ENU ASUS\Documents\gamabarrrrrr\images.png
Betazol
Efek histamin pada beberapa organ antara lain
  1. Vasodilatasi kapiler sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein sehingga menyebabkan sembab, rasa gatal, dermatitis dan urtikaria
  2. Merangsang sekresi asam lambung sehingga menyebabkan tukak lambung
  3. Meningkatkan sekresi kelenjar
  4. Meningkatkan kontraksi otot polos bronkus dan usus
  5. Mempercepat kerja jantung
  6. Menghambat ontraksi uterus
Efek diatas pada umumnya merupakan fenomena alergi dan pada keadaan tertentu kadang-kadang menyebabkan syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal. Mediator reaksi hipersensitivitas adalah antibodi IgE yang terikat pada sel sasaran, yaitu basofil, platelet dan sel mast. Sel sasaran tersebut dapat melepaskan mediator kimia, seperti histamin, factor kemostatik eosinofil, slow reacting substance (SRS), serotonin, bradikinin, heparin dan asetilkolin.
Histamin adalah mediataor kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi. Penderita yang sensitive terhadap histamine atau mudah terkena alergi disebabkan jumlah enzim –enzim yang dapat merusak histamine ditubuh, seperti histaminase dan diamino oksidase, lebih rendah dari normal. Histamin tidak digunakan untuk pengobatan , garam fosfatnya digunakan untuk mengetahui berkurangnya sekresi asam lambung, untuk diagnosis karsinoma lambung dan untuk control positif pada uji alergi kulit.
Betazol.2 Hcl  adalah isomer histamin yang bersifat sebagai agonis histamin. Penggunaannya sama dengan hstamin fosfat dan efek samping yang ditimbulkan lebih rendah
Mekanisme kerja
Histamin dapat menimbulkan efek bial berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1,H2, dan H3. Intekasi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan kontraksi otot polos usus dan bronki, menigkatkan permeabilitas vaskuler dan meningkatkan sekresi mucus, dan dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interkasi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein, yang menyebabkan sembab, pruritic, dermatitis, dan urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis-H1.
Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis H2.
Reseptor H3 adalah reseptor histamin yang baru diketemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini diblok oleh antagonis-H3.

2.2. Antihistamin

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing dengan sisi reseptor H1,H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatau reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamine. Anihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu antagonis-H1, antagonis-H2 dan antagonis-H3.
Antagonis H1 terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi.
Antagonis-H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung.
Antagonis-H3 sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan system kardiovaskuler, pengobatan alergi dan kelainan mental.

2.3. Antagonis-H1

Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Di klinik digunakan untuk mengurangi alergi karena musim atau cuaca, misalnya radang selaput lendir hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokkan dan gejala alergi pada kulit, seperti pruritic, urtikaria, ekzem dan dermatitis. Selain itu antagonis H1 juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedatif, antipsikotik, dan anestesi setempat. Antagonis-H1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronkial dan syok anafilaksis. Kelompok ini menimbulkan efek potensiasi dengan alcohol dan obat penekan system syaraf pusat lain. Efek samping antagonis-H1 antara lain mengantuk, kelemahan otot, gangguan koordinasi pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejanga dan sakit kepala.
Hubungan Struktur dan Aktivitas Antagonis-H1
Antihistamin yang memblok reseptor H1 secara umum mempunyai strukur sebagai berikut :
Ar = gugus aril, termasuk fenil, fenil tersubstitusi dan heteroaril
Ar’ = gugus aril kedua
R dan R’ = gugus alkil
X = gugus isosterik, seperti O, N dan CH
X = O, adalah turunan aminoalkil eter, senyawa menimbulkan efek
                          sedasi yang besar
X = N, adalah turunan etilendiamil, senyawa lebih aktif tetapi juga
lebih toksik
X = CH, adalah turunan alkilamin senyawa kurang aktif tetapi
toksisitasnya lebih rendah

  1. Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1. Monosubstitusi gugus yang mempunyai efek induktif (-), seperti Cl atau Br pada posisi para gugus Ar atau Ar’ akan meningkatkan aktivitas, kemungkinan karena dapat memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor. Disubsitusi pada posisi para akan menurunkan aktivitas. Substitusi pada posisi orto atau meta juga menurunkan aktivitas.
  2. Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion. N-dimetil mempunyai aktivitas yang tinggi dan perpanjangan atom C akan menurunkan aktivitas. Kadang-kadang atom N diujung merupakan bagian dari struktur heterosiklik, misalnya pada anajolin dan klorsiklizin, dan senyawa masih menunjukkan aktivitas antihistamin yang tinggi
  3. Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang aktif.
  4. Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 - 6 A karena menyerupai jarak rantai samping molekul histamine. Perpanjangan jumlah atom C atau adanya percabangan pada rantai samping akan menurunkan aktivitas.
  5. Factor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1. Jarak 5 – 6A diatas mudah dicapai bila gugus-gugus pada atom X dan N membentuk konformasi trans, sehingga bentuk isomer trans lebih aktif disbanding isomer cis. Meskipun demikian, di dalam larutan antagonis-H1 tidak hanya terdapat dalam bentuk konformasi trans saja tetapi juga dalam bentuk cis.
  6. Untuk aktifitas antihistamin maksimal, kedua cincin aromatik pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama . analog flouren yang kedua cincinnya koplanar aktivitasnya seperseratus kali disbanding aktivitas difenhidramin.
  7. Pada turunan trisiklik yang poten, seperti fenotiazin, cincin A dan C tidak terletak pada bidang yang sama dan cincin B terdapat dalam bentuk perahu.
  8. Feniramin ,klorfeniramin , dan karbinoksamin mempunyai stereoselektivitas terhadap reseptor H1. Bentuk isomer dekstro lebih aktif disbanding bentuk lefo. Dalam bentuk isomer tersebut senyawa-senyawa di atas mempunyai konfigurasi mutlak S .
  9. Senyawa yang menunjukkan aktivitas antihistamin secara stereoselektif, pusat asimetrik harus terletak pada atom C yang mengikat gugus-gugus aromatic. Bila pusat asimetrik terletak pada atom C di mana terikat gugus dimetilamino, aktivitasnya akan hilang.
  10. Struktur senyawa antagonis-H1 dan senyawa pemblok kolinergik mempunyai persamaan yang menarik sehingga antagonis-H1 dapat menunjukan aktivitas antikolinergik, sedang senyawa pemblok kolinergik juga menunjukkan aktivitas antihistamin.
Secara umum antagonis-H1 digunakan dalam bentuk garam-garam HCl, sitrat,fumarat, fosfat, suksinat, tartrat dan maleat, untuk meningkatkan kelarutan dalam air.
Berdasarkan struktur kimianya antagonis-H1 dibagi menjadi enam kelompok yaitu turunan eter aminoalkil, turunan etilendiamin, turunan alkilamin, turunan piperazin, turunan fenotiazin dan turunan lain-lain.
  1. Turunan Eter Aminoalkil
Struktur umum : Ar (Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2 .
Hubungan Struktur dan Aktivitas
  1. Pemasukan gugus Cl, B dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
  2. Pemasukan gugus CH3  pada posisi para cincin aromatik juga meningkatkan aktivias tetapi pemasukan pada posisi orto akan menghilangkan efek antagonis-H1 dan meningkatkan aktivitas atkolinergik.
  3. Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.
Turunan eter aminoalkil yang pertama kali digunakan sebagai antagonis-H1 adalah difenhidramin. Studi hubungan kualitaitif turunan defenhidramin oleh Kutter dan  Hansch  menunjukkan bahwa sifat lipofilik dan sterik mempengaruhi aktivitas antihistamin dan pengaruh sifat sterik lebih dominan dibanding sifat lipofilik.
Efek samping umum turunan aminoalkil eter tersier adalah mengantuk. Efek samping pada saluran cerna relatif rendah.
Contoh : difenhidramin HCl, dimenhidrinat, karbinoksamin maleat, klorfenoksamin HCl, klemastin fumarat dan piprinhidrinat.
Hubungan struktur antagonis-H1 turunan eter aminoalkil

Contoh :
  1. Difenhidramin HCl (Benadryl), erupakan antihistamin kuat yang mempunyai efek sedatif dan antikolinergik. Senyawa ini  digunakan untuk pengobatan berbagai kondisi alergi seperti pruritik, urtikaria, eksem, dermatitis atropik, rinitis, untuk antispasmodik (antikolinergik), antiemetik dan obat batuk. Difenhidramin diikat oleh plasma protein 80-98%, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-4 jam setelah pemberian oral, dengan waktu pao plasma ± 9 jam.
  2. Dimenhidrinat (dramamin, antimo), adalah garam yang terbentuk dari difenidramin dan 8-kloroteofilin. Dimenhidrinat digunakan untuk antimabuk, diberikan 1,5 jam sebelum bepergian, dan antimual pada wanita hamil. Efek farmakologis ini tidak berhubungan dengan aktivitas antihistamin dari difenhidramin.
  3. Karbinoksamin maleat (clistin), mengandung sati atom C asimetrik yang mengikat dua cincin aromatik. Bentuk yang aktif adalah isomer levo dengan konfigurasi S karena dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor H1. Karbinoksamin menimbulkan efek sedasi yang lebih ringan dibanding difenhidraamin. Dalam perdagangan tersedia dalam bentuk campuran rasemat.
  4. Klorfenoksamin HCl (systral), pnyerapan dalam saluran cena rendah sehigga untuk memperoleh efek sistemikdiperlukan dosis cukup besar. Klorfenoksamin lebih sering digunakan secara setampat untuk antipruritik dan antialergi. Obat ini juga digunakan untuk analgesik karena mempunyai efek anestesi setempat.
  5. Klemastin fumarat (Tavegyl), merupakan antagonis-H1 kuat dengan masa kerja panjang. Efek antikolinergik dan penekan sistem saraf pusatnya kecil. Bentuk yang aktif adalah isomer dekstro dengan pusat kiral yang membentuk konfigurasi R. Klemastin digunakan untuk memperbaiki gejala pada alergi rinitis, dermatosis seperti pruritik, urtikaria, eksem, dermatitis atau erupsi, dan sebagai antikolinergik. Klemastin diserap secara cepat dan sempurna pada saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai setelah  ± 5-7jam, dengan masa kerja panjang ± 10-12 jam.                       
  6. Piprinhidrinat (kolton), difenilpiralin 8-kloroteofilinat, digunakan terutama untuk pengobatan rinitis, alergi konjungtivitas dan demam karena alergi. Dosis : 3-6 mg 2 dd.
  1. Turunan Etilendiamin
Struktur umum :  Ar (Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis-H1 dengan keefektifan ang cukup tinggi, meskiun efek penekan sistemsaraf pusat dan iritasi lambung cukup besar.
Fenbenzamin (mepiramin) merupakan antagonis-H1 turunan etilendiamin yang pertama kali digunakan dalam klinik penggantian isosterik gugus fenil dengan gugus 2-piridl, seperti pada Btripelenamin, dapat meningkatkan aktivitas dan menurunkan toksisitas. Pemasukan gugus metoksi pada posisi para gugus benzil tripelenamin,seperti pada pirilamin, akan meningkatkan aktivitas dan memperpanjang masa kerja obat.
Contoh : tripelenamin HCl, antazolin HCl, mebhidrolin nafasilat dan bamipin HCl (soventol).

Hubungan struktur antagonis-H1 turunan etilendiamin
Contoh
  1. Tripelenamin HCl (azaron,tripel), mempunyai efek antihistmin sebanding difenhidramin dengan efek samping lebih rendah. Tripelenamin juga digunakna untuk pemakaian setempat karena mempunyai efek anestesi setempat. Efektif untuk pengobatan gejala alergi kulit, seperti pruritis dan urtikariia kronik.
  2. Antazoilin HCl (antistine) mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah disbanding turunan  etilendiamin lain. Antazolin mempunyai efek antikolinergik dan lebih banyak digunakan untuk pemakain setempat karena mempunyai efek anestesi setempat dua kali lebih besar disbanding prokain HCl. Dosis untuk obat mata : larutan 0,5%
  1. Mebhidrolin nafadisilat (indicidal,histapan), strukturnya mengandung rantai samping aminopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku. Senyawa tidak menimbulkan efek analgesik dan anestesi setempat. Mebhidrolin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal, seperti dermatitis dan ekzem, konjungtivitis dan asma bronkial. Penyerapan obat dalam saluran cerna relative lambat, kadar plasma tertinggi dicapai setelah ± 2 jam dan menurun secara bertahap sampai 8 jam.

  1. Turunan alkilamin
Struktur umum : Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Turunan alkilamin merupakan antihistamn dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relative rendah.
Contoh : feniramin maleat, bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat dan triprolidin HCl.

Hubungan struktur antagonis-H1 turunan alkilamin
contoh
  1. Feniramin maleat (avil), merupakan turunan alkilamin yang mempunyai efak antihistamin-H1 terendah. Diperdagangkan dalam bnetuk campuran rasematnya
P_20170410_171701_1

  1. Klorfenirain maleat (chlor-trimeton = C.T.M.,cohistan,pehachlor), merupakan antihistamin-H1 yang populer dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.pemasukan gugus klor pada posisi para cincinaromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktivitas anthistamin. Klorfeniramin mempunyai aktivitas 20 kali lebih besar disbanding feniramin dan batas keamanannya 50 kali lebih besar dibanding tripelenamin. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, ± 70% obat terikat oleh protein plasma. Kadar darah tertinggi obat dicapai 2-3 jam setelah pemberian oral, dengan wkatu paro plasma 18-40 jam. Bromfeniramin maleat, mempunyai aktivitas sebanding dengan klorfeniramin maleat. Deksklorfeniramin maleat (polaramine,polamec), adalah isomer dekstro klorfeniramin maleat, mempunyai aktivitas yang lebih besar dibanding campuran rasematnya
  2. Dimetinden maleat (fenistil), aktif dalam bentuk isomer levo, digunakan unutk pengobatan pruritik dan berbagai bentuk alergi. Awal kerja bat cepat, 20-60 menit setelah pemberian oral dan efeknya berakhir setelah 8-12 jam.

  1. Turunan piperazin
Turunan piperazin mempunyai efek antihistamin sedang, dengan awal kerja lambat dan masa kerja panjang ±9-24 jam. Terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati mual, muntah dan pusing serta untuk mengurangi gajala alergi, seperti urtikaria.
Contoh : siklizin, buklizin, setirizin, sinarizin, homoklorsiklizin, hidroksizin HCl dan oksatomid.

Hubungan struktur antagonis-H1 turunan piperazin
Contoh :
  1. Homoklorsiklizin (homoclomin), mempunyai spektrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine, serotonin dan asetikolin, serta dapat memblok krja bradikinin dan slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A). homoklorsiklizin digunakan untuk pengobatan gejala pada alergi dermal, seperti pruritis, ekzem dermatitis dan erupsi, serta alergi rhinitis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, kadar plasma tertinggi dicapai 1 jam setelah pemberian oral.





Tabel strutur antagonis-H1 turunan piperazin
C:\Users\acer\Documents\sam\2012_12_01\piperasin.jpg

2) Hidroksizin HCL ( Iterax ), dapat menekan aktivitas daerah tertentu subkortikal sistem saraf pusat sehingga digunakan untuk memperbaiki gejala ketegangan dan kecemasan pada psikoneurosis dan sebagai sedatif pada pramedikasi anetesi. Hidroksizin juga mempunyai efek antihistamin, bronkodilator, analgesik dan antiemetik. Penyerapan obat dalam saluran cerna dapat, awal kerjanya cepat kurang lebih 15-30  menit. Kadar darah tertnggi dicapai kurang lebih 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro plasma kurang lebih 12-20 jam.
3) Oksatomid ( Tinset) merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai jenis reaksi alergi. Mekanisme kerjannya berbeda dengan antihistamin klasik lain,  yaitu dengan menekan pengeluaran mediator kimi dari sel mast, sehingga menghambat efeknya. Kerja antialergi adalah luas dibanding antihistamin klasik lain yang hanya memblok efek dari histamin. Oksatomid digunakan untuk pencegahan dan pengobatan alergi rinitis, urtikaria kronik dan alergi makanan. Oksatomid juga untuk pengobatan asma ekstrinsik tetapi tidak untuk pencegahan. Pada umumnya diberikan sesudah makan.

  1. Turunan Fenotiazin
turunan fenotiazin selain mempunyai efek antihistamin juga mempunyai aktivitastransquilizer dan antiemetik, serta dapat mengadakan potensiasidengan obat analgesik dan sedatif.
Secara umum pemasukkan gugus halogen atau CF3 pada posisi 2 dan perpanjangan atom C rantai samping, misal etil menjadi propi, akan meningkatkan aktivitas transquilizer dan menurunkan efek antihistamin.
Contoh : prometazin HCL, metdilazin HCl, mekuitazin, oksomemazin, siproheptadin HCl, isotipendil HCl, azatadin maleat, loratadin dan pizotifen maleat.
Hubungan struktur antagonis-H1 turunan fenotiazindapat dilihat pada tabel 36. Contoh :
  1. Prometazin HCl ( camergan, phenergan, prome), merupakan antihistamin-H1 dengan aktivitas cukupan dan masakerja panjang, digunakan sebagai antiemetik dan transquilizer. Prometazin menimbulkan efek sedasi cukup besar dan digunakan pula untuk pemakain setempatkarena mempunyai efek anestesi setempat.
  2. Metdilazin HCl ( Tacaryl), digunakan terutama sebagai antipriuritik. Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar darah tertinggi dicapai 30 menit setelah pemberian oral.

Tabel  Struktur antagonis-H1 turunan fenotiazin
C:\Users\acer\Documents\sam\2012_12_01\fenotiazin.jpg

fenotiazin 2
  1. Mekuitazin (Meviran) adalah antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang, digunakan untuk memperbaiki gejala alergi ,terutama alergi rinitis, pruritik, urtikaria dan ekzem`
  2. Oksomemazim (Dexorgam) adalah antagonis-H1 yang kuat dengan masa kerja panjang, digunakan untuk memperbaiki gejala alergi,terutama alergi rinitis dan kutaneus dan untuk antibatuk.
  3. Isotipendil HCl (Andatol) merupakan antagonis- H1 turunan azafenotiazin, digunakan sebagai antipruritik, urtikaria dan dermatitis. Senyawa ini menimbulkan efek sedasi cukup besar. Masa kerja kurang lebih 6 jam. Kadang-kadang digunakan pula sebagai antihistamin setempat.
  4. Pizotifen hidrogen fumarat, adalah antihistamin H1 yang sering digunakan sebagaiperangsang nafsu makan. Dosis : 0,5 mg 1 dd

6. Turunan lain-lain
  1. Siproheptadin HCl (Periactin,Ennamax,Heptasan, Pronicy, Prohessen), strukturnya berhubungan dengan fenotiazin, yaitu atom S pada cincin trisiklik diganti dengan -CH=CH- dan N diganti dengan C sp2. Siproheptadin merupakan antihistamin dengan aktivitas sebanding dengan klorfeniramin maleat. Siproheptadin juga mempunyai efek antiserotonin , antimigrain , perangsang nafsu makan dan tranquilizer. Efeknya terhadap sistem saraf pusat kecil. Siproheptadin digunakan terutama untuk alergi kulit, seperti pruritik, urtikaria, ekzem dan dermatitis dan alergi rinitis. Kadang-kadang digunakan untuk perangsang nafsu makan dengan mekanisme kerja yang belum diketahui. Dosis 4 mg 3-4 dd.
  2. Azatadin maleat (Zadine), adalah aza isomer dari siproheptadin, didapat dengan cara mereduksi ikatan rangkap C10-C11. Azatadin merupakan antagonis-H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan efek sedasi yang rendah. Aktivitasnya tiga kali lebih besar dibanding klorfeniramin maleat. Azatadin digunakan untuk alergi kulit, rinitis dan aergi sistemik. Dosis 1 mg 2 dd
Azatadin

  1. Antagonis H1 Generasi Kedua
Antagonis-H1 generasi pertama (antihistamin klasik) pada umunya menimbulkan efek samping sedasi dan mempunyai efek seperti senyawa kolinergik dan adrenergik yang tidak diinginkan. Oleh karena itu dikembangkan antagonis-H1 generasi kedua.
Antihistamin-H1 yang ideal adalah bila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Senyawa mempunyai affinitas yang tinggi erhadap reseptor H1
  2. Tidak menimbulkan efek sedasi
  3. Afinitasnya rendah terhadap reseptor kolinergik dan adrenergik  
Untuk menghilangkan atau meminimalkan efek sedasi maka senyawa harus mempunyai kelarutan dalam lemak yang rendah pada pH fisiologis dan bekerja terutama pada reseptor H1 perifer dibanding pada reseptor pusat. Contoh senyawa yang memenuhi kriteria di atas antara lain adalah : terfenadin ,feksofenadin, astemizol,sefarantin, loratidin, setirizin, akrivastin, taksifilin, dan sodium kromolin (asam kromoglikat,Intal)
  1. Terfenadin  (Hiblorex,Nadane) merupakan antagonis H1 selektif yang relatif tidak menimbulkan efek sedasi dan antikolinergik. Senyawa tidak berinteraksi dengan  α dan β-reseptor adrenergik , karena tidak mampu menembus sawar darah-otak. Terfenadin efektif untuk pengobatan alergi rinitis musiman, pruritik dan urtikaria kronik. Absorpsi obat dalam saluran cerna baik dan cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam setelah pemberian oral. Awal kerja obat cepat ± 1-2 jam, efeknya mencapai maksimum setelah 3-4 jam dan berakhir setelah ± 8 jam. Terfenadin terikat oleh protein plasma ± 97 % dengan waktu paro eliminasi 20-25 jam . Dosis : 60 mg 2 dd. Metabolit utama terfenadin adalah feksofenadin (Allegra) yang juga merupaka poten antagonis-H1.

C:\Users\acer\Documents\sam\2012_12_01\terfebadin.jpg
  1. Akrivastin (semprex)
Senyawa analog tripolidin yang mempunyai lipofilitas lebih rendah kerena mengandung gugus asam akrilat. Penurunan lipofisis menyebabkan senyawa sulit menembus sawar darah-otak, sehingga tidak menimbulkan efek samping sedasi, menurunkan masa kerja obat  (waktuparo = 1,7 jam ), dan awal kerja obat menjadi lebih cepat ( 1- 2 jam ).Akrivastin digunakan untuk  alergi kulit yang kronis.
  1. Astemizol (Hismanal, scantihis)
Adalah antagonisH-1 selektif yang kuat dan relative tidak menimbulkan efek penekan system saraf pusat (sedasi) karena tidak mampu menumbus sawar darah-otak. Masa kerjanya sangat panjang, waktu paro 20 jam dan tidak menimbulkan efek antikolinergik. Astemisol efektif untuk menekan gejala alergirhinitis, alergikonjukvitas dan urtikariakronik.


  1. Loratadin (Claritin)
Adalah antihistamin trisiklik turunan azaditin yang poten, mempunyai masa kerja panjang dan aktifitas antaginis perifer yang selektif. Efek sedasi dan antikolinergiknya rendah. Loratadin digunakan untuk meringankan gejala alergi rhinitis, urtikaria dan kelainan alergi dermatologis.
  1. Siterizin
Adalah turunan benzhidril piperazin yang mengandung gugus etoksikarbosilat, mempunyai masa kerja panjang dengan aktivitas antagonis perifer yang selektif . Efek sedasi dan antikolinergikanya rendah.
C:\Users\acer\Documents\sam\2012_12_01\setiricin.jpg
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Histamin adalah suatu zat mediator yang terdapat di dalam sel-sel mast dan leukosit basofil, yang dapat mencetuskan alergi dan inflamasi,dan di tempat tersebut tesimpan dalam bentuk terikat pada heparin dan protein besar. Obat yang digunakan untuik melawan atau memblokir pekerjaan histamin, maka dapat menyebabkan terjadinya allergi dan anafilaktik. Kebanyakan antihistaminic mempunya efek ikutan menidurkan (ngantuk). histamine dapan memberikan efek terjadinya otot polos dan kelenjar secara local maupun menyebar. Autakoid ini menyebabkan kontraksi berbagai otot polos, misalnya otot polos pada bronkus dan usus, tetapi dengan kuat merelaksasikan otot polos pada pembuluh darah kecil.
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing dengan sisi reseptor H1,H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatau reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek histamine yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamine. Anihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
Antagonis-H1 adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1. digunakan untuk mengurangi alergi karena musim atau cuaca, misalnya radang selaput lendir hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokkan dan gejala alergi pada kulit, seperti pruritic, urtikaria, ekzem dan dermatitis. Selain itu antagonis H1 juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedatif, antipsikotik, dan anestesi setempat.
Berdasarkan struktur kimianya antagonis-H1 dibagi menjadi enam kelompok yaitu turunan eter aminoalkil, turunan etilendiamin, turunan alkilamin, turunan piperazin, turunan fenotiazin dan turunan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ebel, Siegfried. 1992. Obat sintetik, UGM Press : Yogyakarta
Gisvoid. Wilson, 1982. text Book of Organic Medcal and pharmaceutical Chemistry.
GOODMAN & GILMAN'S THE PHARMACOLOGICAL BASIS OF THERAPEUTICS - 11th Ed. (2006)
Introductory Clinical Pharmacology. 7th adition
Siswandono, Bambang.S. 2000. Kimia Medicinal. Airlangga University Press : Surabaya.






Komentar